Minggu, 21 Juli 2013

I'm Moslem an I'm not a Terorrist (part 1)


Akhir-akhir ini umat islam sering dikait-kaitkan dengan teroris. Dunia anti islam menganggap islam itu agama yang cinta kekerasan, tidak menghargai HAM, menggunakan segala cara untuk membunuh semua orang yang dianggap umat islam "KAFIR". Banyak sekarang media barat yang memberitakan dengan bom bunuh diri, pemberontakan bersenjata, serangan terhadap pasukan pemerintah, dan pasti pikiran mereka segera meluncur ke umat muslim radikalis. Entah, itu sudah diarahkan oleh media atau memang pikiran kita sudah terpengaruh dari lingkungan sekitar bahwa "Islam itu sarang teroris".

Semenjak tragedi 11 September 2001 yang melanda Amerika Serikat, memang umat islam selalu menjadi kambing hitam atas terjadinya kerusuhan di berbagai belahan dunia. Al Qaeda, Hammas, Jamaah Islamiyah, dan lain-lain selalu jadi alasan umat lain was-was dengan islam. Mendengar kata "Jihad" pasti pikiran mereka langsung mengarah pada terorisme.
Bahkan, sedikit demi sedikit umat islam sendiri mulai mempercayai bahwa kejayaan islam, kemenangan islam harus diperoleh dengan jalan kekerasan, dengan menguasai umat lain. Sebagian umat islam yang (mungkin) kurang begitu paham dengan makna jihad dan bersikeras dengan arti jihad menurut mereka sendiri, akhirnya memilih jalan kekerasan untuk mengaplikasikan jihad mereka.
Naudzubillah... begitu dahsyat fitnah sistematis yang melanda umat islam yang mulia.

Padahal ISLAM dan RADIKALISME itu dua hal yang berbeda. Hampir semua agama, bangsa, suku, etnis memiliki sisi radikal sendiri-sendiri, tidak hanya islam. Mungkin karena jika muslim yang melakukan akan di ekspos habis-habisan, atau karena mereka melakukan radikalisme yang "dipandang" melawan pemerintah, kata terorisme hampir selalu melekat di kalangan umat islam. Jika kita tilik dari sejarah terorisme yang dilakukan umat lain jauh lebih besar dari yang dilakukan umat islam.
Tidak ada data bahwa umat Islam menewaskan lebih dari 2 juta orang atau lebih dalam suatu tindak kekerasan politik di sepanjang abad kedua puluh. Lihat apa yang terjadi dalam Perang Iran-Irak 1980-1988, perang Soviet, dan pasca-Soviet di Afghanistan, yang mana orang Eropa tidak menganggap hal ini. Berapa banyak yang 'dibunuh' oleh umat Islam?
Bandingkan dengan penghitungan korban dari Kristen Eropa, katakanlah 100 juta (16 juta di PD I, 60 juta di PD II-meskipun beberapa dari korban itu disebabkan orang Buddha di Asia [Jepang] -dan jutaan lebih dalam perang kolonial.)
Sekarang saya sampaikan data dan fakta lain. Belgia, sebuah negara yang terkenal dengan bir strawberry-nya dan istana kuno Gravensteen. Saat negara ini menaklukkan Kongo diperkirakan telah membunuh setengah dari penduduknya dari waktu ke waktu saat penjajahan. Dan berapa total yang mereka bantai? Setidaknya sekitar 8 juta orang.
Sekarang kita alihkan ke data Tsar Rusia tahun 1916-1930 dan pasukan Soviet saat menghadapi pemberontakan di Asia Tengah dimana mereka saat itu mencoba menyebarkan ajaran Kristen (dan kemudian Marxis), kekuasaan Rusia menewaskan sekitar 1,5 juta orang. Apakah itu data yang sedikit?
Dua anak laki-laki dibesarkan atau lahir di salah satu wilayah Kyrgyzstan baru saja ini dikabarkan membunuh 4 orang dan melukai orang lain hingga kritis. Itu mengerikan memang, tapi tidak ada orang, baik di Rusia maupun di Eropa atau di Amerika Utara memiliki pikiran sedikit pun bahwa di Asia Tengah terdapat pembunuhan massal sebelumn, selama, dan sesudah Perang Dunia I. Tak hanya membunuh, mereka bahkan menjarah banyak kekayaan. Rusia, yang dengan brutalnya menaklukkan dan memerintah Kaukasus dan Asia Tengah, merupakan penganut Kristen Ortodoks Timur, sebuah kerajaan Kristen.
Kemudian, pada data lain menyebutkan juga, berkisar antara setengah juta hingga satu juta warga Aljazair tewas dalam perang kemerdekaan negara itu dibunuh penjajah Prancis, tahun 1954-1962. Padahal jumlah penduduk Aljazair saat itu hanya 11 juta! Hampir 10% penduduk Aljazair yang ditumpahkan darahnya oleh Prancis. Apakah ini bukan kekerasan? 
Saya bisa menyebutkan lagi data-data dan fakta lain lebih dari ini. Dimana-mana, bila Anda coba menggali sejarah kolonialisme Eropa di Afrika-Asia, saya yakin Anda akan temukan banyak korban tewas. Dan pelakunya adalah orang non-Islam, sedangkan yang menjadi korbannya justru umat Islam.
Kemudian saya mulai berfikir dan menghitung, mungkin sebanyak 100 juta orang telah dibunuh oleh orang-orang yang mewarisi gen Kristen Eropa pada abad kedua puluh. Itu hanya perkiraan kasar saya saja.
Kalau sekarang kita berbicara tentang terorisme agama, menurut saya itu juga bersifat universal. Harus diakui, beberapa kelompok yang menyebarkan terorisme sebagai taktik lebih besar daripada yang lain. Zionis di wilayah Palestina yang merupakan Mandat Inggris adalah teroris yang aktif di tahun 1940-an dalam sudut pandang Inggris. Kemudian pada periode 1965-1980, FBI menganggap Liga Pertahanan Yahudi adalah bagian dari kelompok-kelompok teroris AS yang paling aktif. Anggotanya pernah merencanakan membunuh tokoh partai Republik Dareell Issa karena keturunan Libanon.
Sekarang kaum nasionalis Yahudi sebagian besar telah memperoleh jalan mereka. Terorisme telah menurun di kalangan mereka. Tapi kemungkinan akan muncul kembali jika mereka berhenti mendapatkan jalan mereka. Bahkan, salah satu argumen yang politisi Israel sampaikan adalah mengijinkan orang Israel untuk mendapatkan tanah Palestina di Tepi Barat dengan melakukan kekerasan. Yaitu, para pemukim tidak hanya benar-benar meneror rakyat Palestina, tetapi mereka membentuk ancaman terorisme Israel secara tepat (sebagaimana pernyataan mantan perdana menteri Yitzhak Rabin).
Bahkan baru-baru ini, sulit bagi saya untuk melihat banyak perbedaan antara Tamerlan Tsarnaev dan Baruch Goldstein, pelaku pembantaian Hebron.
Atau pemboman berdarah dingin terhadap Ajmer Dargah, sebuah makam sufi (seperti makam para wali di Indonesia) di India oleh Bhavesh Patel dan sekelompok nasionalis Hindu. Celakanya lagi, mereka sendiri malah khawatir ketika bom kedua yang mereka pasang tidak meledak, sehingga tidak mendatangkan malapetaka sebanyak yang mereka inginkan. Ajmer adalah makam sufi yang juga dikunjungi oleh umat Hindu, dan orang-orang itu (Bhavesh Patel dan kelompoknya) seperti tidak ingin berbagi tempat untuk sembahyang karena mereka membenci Muslim.
Orang-orang penganut Buddha telah melakukan banyak terorisme dan kekerasan lain juga. Banyak perintah Zen di Jepang mendukung militerisme di paruh pertama abad kedua puluh, dimana kemudian pemimpin mereka kemudian menyatakan meminta maaf. Dan, Anda bisa melihat kampanye pembunuhan Inoue Shiro di Jepang tahun 1930-an. Dan pada hari ini, kita bisa lihat dengan mata kepala kita sendiri, Biksu (yang katanya cinta damai) Buddha ekstrem di Burma / Myanmar melakukan gerakan pembersihan etnis terhadap Muslim Rohingya.
Adapun penganut Kristen, Tentara Perlawanan Tuhan di Uganda memulai permusuhan yang mengakibatkan dua juta orang terlantar. Meskipun itu adalah kultus Afrika, tapi mereka adalah penganut Kristen dan hasil didikan dari para misionaris Kristen Barat yang berceramah di Afrika. Lalu jika sekarang para mubaligh Wahabi Saudi dipersalahkan atas munculnya Taliban, mengapa misionaris Kristen tidak mengakui ketika kita melihat tindakan itu dilakukan oleh murid-murid mereka?
Meskipun jumlahnya Muslim Eropa sangat besar, tahun 2007-2009 kurang dari 1 persen dari tindakan terorisme di benua Eropa dilakukan oleh orang-orang dari komunitas tersebut.

Terorisme adalah taktik ekstremis dalam setiap agama, dan dalam agama-agama sekuler seperti Marxisme atau nasionalisme. Tidak ada agama, termasuk Islam, mengajarkan kekerasan tanpa pandang bulu terhadap orang tak berdosa.