Akhir-akhir ini umat islam sering dikait-kaitkan dengan teroris. Dunia anti islam menganggap islam itu agama yang cinta kekerasan, tidak menghargai HAM, menggunakan segala cara untuk membunuh semua orang yang dianggap umat islam "KAFIR". Banyak sekarang media barat yang memberitakan dengan bom bunuh diri, pemberontakan bersenjata, serangan terhadap pasukan pemerintah, dan pasti pikiran mereka segera meluncur ke umat muslim radikalis. Entah, itu sudah diarahkan oleh media atau memang pikiran kita sudah terpengaruh dari lingkungan sekitar bahwa "Islam itu sarang teroris".
Semenjak tragedi 11 September 2001 yang melanda Amerika Serikat, memang umat islam selalu menjadi kambing hitam atas terjadinya kerusuhan di berbagai belahan dunia. Al Qaeda, Hammas, Jamaah Islamiyah, dan lain-lain selalu jadi alasan umat lain was-was dengan islam. Mendengar kata "Jihad" pasti pikiran mereka langsung mengarah pada terorisme.
Bahkan, sedikit demi sedikit umat islam sendiri mulai mempercayai bahwa kejayaan islam, kemenangan islam harus diperoleh dengan jalan kekerasan, dengan menguasai umat lain. Sebagian umat islam yang (mungkin) kurang begitu paham dengan makna jihad dan bersikeras dengan arti jihad menurut mereka sendiri, akhirnya memilih jalan kekerasan untuk mengaplikasikan jihad mereka.
Naudzubillah... begitu dahsyat
fitnah sistematis yang melanda umat islam yang mulia.
Padahal ISLAM dan RADIKALISME itu dua hal yang berbeda. Hampir semua agama, bangsa, suku, etnis memiliki sisi radikal sendiri-sendiri, tidak hanya islam. Mungkin karena jika muslim yang melakukan akan di ekspos habis-habisan, atau karena mereka melakukan radikalisme yang "dipandang" melawan pemerintah, kata terorisme hampir selalu melekat di kalangan umat islam. Jika kita tilik dari sejarah terorisme yang dilakukan umat lain jauh lebih besar dari yang dilakukan umat islam.
Tidak ada data bahwa umat Islam menewaskan lebih
dari 2 juta orang atau lebih dalam suatu tindak kekerasan politik di sepanjang
abad kedua puluh. Lihat apa yang terjadi dalam Perang Iran-Irak 1980-1988,
perang Soviet, dan pasca-Soviet di Afghanistan, yang mana orang Eropa tidak
menganggap hal ini. Berapa banyak yang 'dibunuh' oleh umat Islam?
Bandingkan dengan penghitungan korban dari Kristen Eropa,
katakanlah 100 juta (16 juta di PD I, 60 juta di PD II-meskipun beberapa dari
korban itu disebabkan orang Buddha di Asia [Jepang] -dan jutaan lebih dalam
perang kolonial.)
Sekarang saya sampaikan data dan fakta lain. Belgia, sebuah
negara yang terkenal dengan bir strawberry-nya dan istana kuno Gravensteen.
Saat negara ini menaklukkan Kongo diperkirakan telah membunuh setengah dari
penduduknya dari waktu ke waktu saat penjajahan. Dan berapa total yang mereka
bantai? Setidaknya sekitar 8 juta orang.
Sekarang kita alihkan ke data Tsar Rusia
tahun 1916-1930 dan pasukan Soviet saat menghadapi pemberontakan di Asia
Tengah dimana mereka saat itu mencoba menyebarkan ajaran Kristen (dan kemudian
Marxis), kekuasaan Rusia menewaskan sekitar 1,5 juta orang. Apakah itu data
yang sedikit?
Dua anak laki-laki dibesarkan atau lahir di salah satu
wilayah Kyrgyzstan baru saja ini dikabarkan membunuh 4 orang dan melukai orang
lain hingga kritis. Itu mengerikan memang, tapi tidak ada orang, baik di Rusia
maupun di Eropa atau di Amerika Utara memiliki pikiran sedikit pun bahwa di
Asia Tengah terdapat pembunuhan massal sebelumn, selama, dan sesudah Perang
Dunia I. Tak hanya membunuh, mereka bahkan menjarah banyak kekayaan. Rusia,
yang dengan brutalnya menaklukkan dan memerintah Kaukasus dan Asia Tengah,
merupakan penganut Kristen Ortodoks Timur, sebuah kerajaan Kristen.
Kemudian, pada data lain menyebutkan juga, berkisar antara
setengah juta hingga satu juta warga Aljazair tewas dalam perang kemerdekaan
negara itu dibunuh penjajah Prancis, tahun 1954-1962. Padahal jumlah penduduk
Aljazair saat itu hanya 11 juta! Hampir 10% penduduk Aljazair yang ditumpahkan
darahnya oleh Prancis. Apakah ini bukan kekerasan?
Saya bisa menyebutkan lagi data-data dan fakta lain lebih
dari ini. Dimana-mana, bila Anda coba menggali sejarah kolonialisme Eropa di
Afrika-Asia, saya yakin Anda akan temukan banyak korban tewas. Dan pelakunya
adalah orang non-Islam, sedangkan yang menjadi korbannya justru umat Islam.
Kemudian saya mulai berfikir dan menghitung, mungkin
sebanyak 100 juta orang telah dibunuh oleh orang-orang yang mewarisi gen
Kristen Eropa pada abad kedua puluh. Itu hanya perkiraan kasar saya saja.
Kalau sekarang kita berbicara tentang terorisme agama,
menurut saya itu juga bersifat universal. Harus diakui, beberapa kelompok yang
menyebarkan terorisme sebagai taktik lebih besar daripada yang lain. Zionis di
wilayah Palestina yang merupakan Mandat Inggris adalah teroris yang aktif di
tahun 1940-an dalam sudut pandang Inggris. Kemudian pada periode 1965-1980, FBI
menganggap Liga Pertahanan Yahudi adalah bagian dari kelompok-kelompok teroris
AS yang paling aktif. Anggotanya pernah merencanakan membunuh tokoh partai
Republik Dareell Issa karena keturunan Libanon.
Sekarang kaum nasionalis Yahudi sebagian besar telah
memperoleh jalan mereka. Terorisme telah menurun di kalangan mereka. Tapi
kemungkinan akan muncul kembali jika mereka berhenti mendapatkan jalan mereka.
Bahkan, salah satu argumen yang politisi Israel sampaikan adalah mengijinkan
orang Israel untuk mendapatkan tanah Palestina di Tepi Barat dengan melakukan
kekerasan. Yaitu, para pemukim tidak hanya benar-benar meneror rakyat
Palestina, tetapi mereka membentuk ancaman terorisme Israel secara tepat
(sebagaimana pernyataan mantan perdana menteri Yitzhak Rabin).
Bahkan baru-baru ini, sulit bagi saya untuk melihat banyak
perbedaan antara Tamerlan Tsarnaev dan Baruch Goldstein, pelaku pembantaian
Hebron.
Atau pemboman berdarah dingin terhadap Ajmer Dargah, sebuah
makam sufi (seperti makam para wali di Indonesia) di India oleh Bhavesh Patel
dan sekelompok nasionalis Hindu. Celakanya lagi, mereka sendiri malah khawatir
ketika bom kedua yang mereka pasang tidak meledak, sehingga tidak mendatangkan
malapetaka sebanyak yang mereka inginkan. Ajmer adalah makam sufi yang juga
dikunjungi oleh umat Hindu, dan orang-orang itu (Bhavesh Patel dan kelompoknya)
seperti tidak ingin berbagi tempat untuk sembahyang karena mereka membenci
Muslim.
Orang-orang penganut Buddha telah melakukan banyak
terorisme dan kekerasan lain juga. Banyak perintah Zen di Jepang mendukung
militerisme di paruh pertama abad kedua puluh, dimana kemudian pemimpin mereka
kemudian menyatakan meminta maaf. Dan, Anda bisa melihat kampanye pembunuhan
Inoue Shiro di Jepang tahun 1930-an. Dan pada hari ini, kita bisa lihat dengan
mata kepala kita sendiri, Biksu (yang katanya cinta damai) Buddha ekstrem
di Burma / Myanmar melakukan gerakan pembersihan etnis terhadap Muslim
Rohingya.
Adapun penganut Kristen, Tentara Perlawanan Tuhan di Uganda
memulai permusuhan yang mengakibatkan dua juta orang terlantar. Meskipun itu
adalah kultus Afrika, tapi mereka adalah penganut Kristen dan hasil didikan
dari para misionaris Kristen Barat yang berceramah di Afrika. Lalu jika
sekarang para mubaligh Wahabi Saudi dipersalahkan atas munculnya Taliban,
mengapa misionaris Kristen tidak mengakui ketika kita melihat tindakan itu
dilakukan oleh murid-murid mereka?
Meskipun jumlahnya Muslim Eropa sangat besar, tahun
2007-2009 kurang dari 1 persen dari tindakan terorisme di benua Eropa dilakukan
oleh orang-orang dari komunitas tersebut.
Terorisme adalah taktik ekstremis dalam setiap agama, dan
dalam agama-agama sekuler seperti Marxisme atau nasionalisme. Tidak ada agama,
termasuk Islam, mengajarkan kekerasan tanpa pandang bulu terhadap orang tak
berdosa.